Manusia
secara prinsipiil memiliki ciri khas berbeda dengan hewan. Ciri khas
manusia membedakannya dari hewan terbentuk dari kumpulan terpadu dari apa
yang di sebut hakikat manusia. Disebut sifat hakikat manusia karena secara
hakiki sifat tersebut hanya dimiliki oleh manusia dan tidak terdapat pada
hewan. Sifat hakikat manusia di artikan sebagai ciri-ciri karakteristik, yang
secara prinsipal atau bukan hanya gradual membedakan manusia dengan hewan.
Meskipun antara manusia dan hewan mempunyai banyak kemiripan terutama jika
dilihat dari segi biologisnya. Secara biologis hewan dan manusia memiliki
kemiripan sepertihalnya manusia dengan primata atau kera masing-masing
mempunyai tulang belakang yang sama, berjalan tegak dengan menggunakan kedua
kakinya, melahirkan dan menyusui anaknya, pemakan segala, dan adanya persamaan
metabolisme dengan manusia.
Dan secara prinsipiil manusia dan
hewan mempunyai beberapa perbedaan. Berikut ini beberapa perbeadaan wujud sifat
manusia yang tidak dimiliki oleh hewan yang dikemukakan oleh paham
eksistensialisme yaitu : kemampuan menyadari diri, kemampuan bereksistensi,
pemilikan kata hati, moral, kemampuan untuk bertanggung jawab, rasa kebebasan
atau kemerdekaan, kesediaan melaksananakan kewajiban dan menyadari hak,
kemampuan menyadari kebahagiaan.
Berkat
adanya kemampuan menyadari diri yang dimiliki oleh manusia, maka manusia
menyadari bahwa dirinya ( akunya ) memiliki ciri khas atau karakteristik diri.
Hal ini menyebabkan manusia dapat membedakan dirinya dengan aku-aku yang lain (
ia, mereka ) dan dengan non-aku ( lingkungan fisik ) disekitarnya, tidak hanya
membedakan, manusia juga dapat membuat jarak dengan lingkunganya. Baik yang
berupa pribadi maupun non pribadi atau benda. Kemampuan membuat jarak dengan
lingkunganya berarah ganda yaitu arah keluar dan arah kedalam. dengan arah
keluar aku memandang dan menjadikan objek dan memanipulasi kedalam lingkunagn
untuk memenuhi kebutuhanya, sedangkan arah kedalam aku memberi status kepada
lingkungan (dalam hal ini kamu, dia, mereka) sebagai subjek yang berhadapan
dengan aku sebagai objek yang isinya yaitu pengabdian, pengorbanan, tenggang
rasa dan sebagainya. Yang lebih istimewa ialah bahwa manusia dikaruniai
kemampuan untuk membuat jarak diri dengan akunya sendiri.
Sifat
hakikat yang selanjutnya yaitu manusia memiliki kemampuan untuk bereksistensi.
Kemampuan bereksistensi adalah kemampuan menempatkan diri ( bertahan hidup ).
Manusia memenuhi kebutuhan untuk terus hidup dengan cara mempelajari alam
lingkungan, untuk mempelajari alam lingkungan perlu adanya pendidikan.
Manusia menempati posisi konsumen
tingkat satu dalam lingkungan. hal ini yang menimbulkan rasa kebebasan dalam
diri manusia. Untuk mengimbangi rasa kebebasan, manusia punya kata hati, moral,
dan rasa tanggung jawab, rasa kebebasan cenderung membuat manusia melakukan
sesuka hati tanpa memikirkan dampaknya. Kata hati berperan sebagai pedoman,
moral melakukan dan tanggung jawab merupakan kesediaan menerima konsekuensi
dari perbuatan untuk meminimalkan dampak, manusia perlu pendidikan.
Kewajiban dan hak adalah 2 hal yang
saling berkaitan dan tidak dapat berdiri sendiri. Tidak ada hak tanpa kewajiban
kita memperoleh hak setelah melakukan kewajiban. Realisasi hak dan kewajiban
disesuaikan dengan situasi dan kondisi ( relatif ), sebab tidak ada kewajiban
untuk melakukan hal mustahil, hal ini memperjelas bahwa wajib bukanlah “ikatan“
melainkan sebuah tuntunan kata hati yang mulia, seorang guru melaksanankan
kewajiban sebaik-baiknya sehingga guru ( tanpa pamrih ) perlu adanya kemampuan
menghayati kewajiban pada level ini maka menumbuh kembangkan rasa wajib
sehingga dihayati sebagai suatu nilai mulia dapat ditempuh melalui pendidikan
disiplin.
Akan timbul rasa bahagia yang luar
biasa bila seorang guru dapat menimbulkan potensi peserta didik sehingga
peserta didik sukses. Tapi sebaliknya, akan muncul rasa bersalah bila seorang
guru gagal dalam mendidik peserta didik, untuk mencapai kesuksesan tentunya
tidak mudah, ada proses untuk itu. Dan kadang proses tersebut tidak didominasi oleh kebahagiaan dan
masa-masa pahit atau penderitaan. Seorang guru yang benar-benar guru akan
dengan sabar dan penuh dengan rasa
tanggung jawab dalam melewati proses tersebut. Dengan cara usaha keras (
berdoa, perbuatan ) di dasarkan pada norma-norma. Seberapa keras usaha akan
mempengaruhi hasil akhir, kebahagiaan hanya dapat diraih oleh mereka yang mampu
bersyukur. Untuk itu kemampuan menghayati sangat diperlukan dan untuk menumbuh
kembangkan kemampuan menghayati perlu adanya pendidikan.
okkkkk demikian pentingnya pendidikan bagi sifat hakikat manusia dan pengembangannya, semoga bermanfaat........!!
Posting Komentar